“Git, aku tunggu di cafe biasa jam 1tepat ya?” pesan singkatku pada gita
“Okey, siap bos. Hehe J
” balasnya.
Gita adalah seseorang yang aku kagumi sejak 2tahun
kebelakang, dan sekarang aku baru saja naik kelas 3 SMA, jadi terhitung dari
mulai aku memasuki bangku SMA. Rencananya hari ini aku mau nembak dia. Hal ini
udah aku rencanain dari jauh-jauh hari, kenapa ? Karena pas hari ini adalah
tanggal dan bulan dimana aku pertama kali ketemu sama dia, pun cafe itu sebagai
tempat kita pertama bertemu.
“Ham, mau kemana ?” tanya kakakku yang sedang duduk diteras
rumah.
“Mau cari temen hidup kak” jawabku senang
“Sama wanita senyuman bidadari itukah ?”
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan kakakku itu, lantas mengeluarkan motor dari teras dan menyalakannya lalu langsung tancap gas dengan hati berbunga.
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan kakakku itu, lantas mengeluarkan motor dari teras dan menyalakannya lalu langsung tancap gas dengan hati berbunga.
Aku dan kakakku memang sangat akrab kami selalu bercerita
apapun yang terjadi di kehidupan kita berdua. Mulai dari kejadian disekolah,
perkelahian sama temen, sampai kemasalah percintaan, pokoknya semuanya deh begitupun
kakakku. Dan Gita adalah topik utama yang selalu aku bicarakan dari 2tahun
kebelakang, aku selalu minta saran ke kakakku untuk deketin cewek, ya menurutku
karena kakakku umurnya lebih tua dariku mungkin dia lebih banyak pengalaman,
hehe.
Tak lama aku pun sampai di cafe biasa yang tadi dibicarakan.
Supaya momentnya lebih keren aku duduk dimana ya pertama kali aku duduk disini.
Pelayan pun menghapiriku yang baru saja duduk di meja nomer 22.
“Mau pesan apa mas ?” tanyanya lembut
“Em, boleh minta daftar menunya mbak?” pintaku
“Oh ya silahkan”
Sejenak aku pun memilih apa yang akan disantap oleh kami
berdua. Setelah berpikir agak lama aku pun memilih untuk memesan lemon tea saja
“Lemon teanya satu mbak”
“Ya, ada yang lain lagi mas?”
“Ada sih mbak tapi aku lagi nunggu temenku dulu nih buat pesen menu yang lainnya. Nanti saja ya mbak ?”tawarku
“Baik mas, ditunggu lemon teanya” dengan senyum manisnya ia langsung berangkat menuju dapur
“Ya, ada yang lain lagi mas?”
“Ada sih mbak tapi aku lagi nunggu temenku dulu nih buat pesen menu yang lainnya. Nanti saja ya mbak ?”tawarku
“Baik mas, ditunggu lemon teanya” dengan senyum manisnya ia langsung berangkat menuju dapur
Kulihat jam ditangan sudah menunjukkan jam 1 lebih 15 menit.
Dalam pikirku kemana dia ya ? Oh mungkin sedang dijalan karena macet. Maklum
cafe ini terletak di pusat kota jadi ya maklum saja kalau ternyata telat
sedikit.
Lemon tea yang aku pesan pun telah datang, aku pun mulai
meneguk satu isap sambil menuggu kehadirannya. Aku pun mulai membayangkan
dirinya yang sedang duduk dihadapanku menatap mataku tajam dan senyum indahnya
itu lho yang buat aku makin suka sama dia. Bayangan itu pun perlahan memudar
dengan riuh ramai pengungjung cafe itu. Kulihat disekeliling cafe semua meja telah
terisi penuh dengan orang-orang yang berpasangan dan berkelompok, hanya meja
nomer 22 saja yang hanya ditempati dengan satu orang yang sebenarnya ada
2kursi. Lamunan ku pun tersadar oleh klakson mobil yang keras di pinggir jalan,
kulihat jam telah menunjukkan pukul 2tepat. Tak terasa lamunanku berlalu begitu
cepat. Sudah 1jam aku menunggunya disini, tapi aku masih berpikir positif bahwa
dia akan datang menepati janji kita.
Lemon tea yang aku pesan pun mulai habis dan satu teguk lagi
habislah lemon teaku juga habis pula waktuku 2jam menunggunya. Akhirnya
kuputuskan untuk SMS dia, tapi setelah beberapa kali aku message belum juga ada balesan, teleponlah jalan keduanya. Tapi
cara itu masih belum efektif juga, ia tidak mengangkat handphonenya, kuulangi
beberapa kali yang ada hanya suara operator. Bosan aku mendengarnya.
Keputusasaanku pun akhirnya sampai pada batasnya. Aku
memutuskan untuk pulang kerumah dengan membawa sejuta kekecewaan padanya untuk
hari ini. Aku pun beranjak dari cafe dan menuju parkiran motor namun sesaat akan menyalakan motor, tiba-tiba HP ku pun
berbunyi. Dan benar saja tidak lain tidak bukan itu dari Gita, cewek senyuman
bidadari itu pun menelponku. Sejenak aku kesal dan marah padanya tak kuangkat
teleponnya itu namun akhirnya ia kembali menelpon tapi didalam hatiku yang
paling dalam sebenarnya aku sangat senang ia menelpon akhirnya aku pun menjawab
panggilan darinya.
“Halo, Gita ?”
“Hilman gita nunggu dirumah !”
Aku berfikir sejenak siapa ini ? ada suara lain yang
menelponku diluar suara Gita
“Ini siapa ya ?”
“Kamu jangan banyak nanya Gita nungguin kamu tuh cepet !”
Aku pun berfikir kembali sebenarnya siapa yang bodoh dan salah pada saat ini karena kita janjian akan bertemu dicafekan ? Tapi aku pun mengiyakan apa yang disuruh oleh perempuan dibalik telepon Gita tadi. Dengan kecepatan tinggi aku pun melesatkan kendaraanku menuju rumah Gita.
“Kamu jangan banyak nanya Gita nungguin kamu tuh cepet !”
Aku pun berfikir kembali sebenarnya siapa yang bodoh dan salah pada saat ini karena kita janjian akan bertemu dicafekan ? Tapi aku pun mengiyakan apa yang disuruh oleh perempuan dibalik telepon Gita tadi. Dengan kecepatan tinggi aku pun melesatkan kendaraanku menuju rumah Gita.
Ternyata kulihat banyak sekali kendaraan dan orang-orang
dirumahnya. Waw, ada apa ini ? Kok dia ngadain pesta gak bilang-bilang.
Seandainya ini acara keluarga besarnya dan membatalkan acaranya denganku,
kenapa ia tak memberi kabar terlebih dahulu padaku. Dengan rasa yang bercampur
antara marah, kesal dan cinta aku pun mulai memasuki rumahnya. Sesampainya
didepan pintu seorang perempuan menyambutku, ia berlinang air mata.
“Kamu Hilman ya ?”
“Iya, kamu siapa ya ? Kok tau namaku ?” tanyaku heran
“Aku tadi yang telpon kamu, namaku Ratna, cepet Gita udah
nunggu”
Kami pun berlari dan apa yang kulihat dia sedang tertidur
dengan kepala diutara dan kaki menendang selatan, tak terlewat senyum bak
bidadari itu yang membuat sesaat aku tersenyum, namun kulihat disekelilingnya
orang-orang sedang membacakan lantunan surat Yasin. Perasaanku pun mulai tak
karuan langsung saja kuhampiri Gita yang sedang terbaring dan kuraba nadinya,
jantungnya sudah tak berdetak, hidungnya sudah berhenti menghembuskan nafas.
Aku pun lemas tak berdaya dan tertunduk diatas tubuhnya. Lalu perempuan itupun
menepuk bahuku, dan berkata
“Maaf aku orang yang telah membuatnya seperti ini, aku tak
sengaja menabraknya dan ia langsung terlempar dari motor yang dikendarainya
bersama buku diary yang dibawanya”
Aku pun membuka lembaran terakhir diary itu dan membacanya
dalam hati.
“AKU HARAP PERTEMUAN
DICAFE HARI INI HILMAN NEMBAK AKU DAN KITA PUN MENJADI SEPASANG KEKASIH,
SEBAGAIMANA YANG AKU HARAPKAN DARI DULU”