DIA YANG KUHIRUP
Dia
terduduk kaku, disebrang rel kereta yang membeku didingin hujan yang menderu.
Tatapan sayu dan senyumnya tersipu malu. Aku pun mendekatinya tanpa ragu,
dengan wajahnya yang lugu ia terus tersenyum menatapku. Entah menatap atau
sekedar rasa, walau pelan ia tertawa dan entah sadar atau setengah gila tapi
dapat kupastikan kalau perempuan ini buta. aku terkejut ketika ia mulai meraba
tanganku dan bertanya,
“jam
berapa, ya?”. Lalu ku ucap,
“jam
4 sore.”. dia tertawa pelan kembali, lalu berkata,
“sekitar
2 jam 40 menit 13 detik yang lalu, kernet itu berkata ‘bahwa ini jam 2 siang’,
lalu anda berkata jam 4 sore? Waktu berlalu begitu cepat.”.
Sebenarnya
siapa perempuan ini? Dia cantik, namun kecantikannya tertutup oleh
kemisteriusannya.
“maaf
jika saya menggangu tuan”, aku pun seraya menjawab,
“tak
apa, tak usah nona pikirkan. Tetapi jika saya boleh tahu nona ini sedang
menunggu siapa? Sendiri di tempat seperti ini apa nona tidak takut?”. Nona itu
tersenyum dan berkata,
“tepatnya,
apa. Bukan siapa. Saya sedang menuggu angin yang akan berhembus dari Barat ke
Utara.” Rasa penasaran ku semakin tinggi, aku tertarik pada nona ini.
Tak lama kemudian setelah kami berbincang, datang sebuah
kereta melaju dengan kencang. Dari arah Barat, menghembuskan angin kearah kami
yang kebetulan berada di arah Utara. Perempuan itu berdiri lantas berkata,
“anginku
sudah datang”.
“kalau
begitu mari saya antarkan nona keperonnya.” Aku menawarkan jasa.
“tak
usah, tuan. Saya bisa sendiri.” perempuan itu tersenyum malu.
“tidak
apa, kebetulan kita searah dan sekereta.”.
“maaf
merepotkan tuan.”.
Didalam kereta, kami berbincang layaknya seorang teman
yang baru saja bertemu dan saling melepas kerinduan. Kami duduk bersebelahan,
semakin kami berbincang semakin kami nyaman satu sama lain. Namun entah
mengapa, perempuan ini selalu menatap kearah jendela, padahal ia tak bisa
menatap apa yang ada didepannya. Begitu tenang ia di tiup angin kencang. Dan, begitu inginkah ia melihat apa
yang ia ingin lihat? Lantas aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya,
“nona
menga….”,
Nona
ini mulai terlelap, ia menyandarkan kepalanya ke bahuku yang layu terbujuk
rayu. Dan dengan urungan niatku, perlahan tapi pasti ku sandarkan kepalaku
keatas kepalanya. Kami seperti sepasang kekasih.
Kuda besi ini mulai berhenti. Beberapa menit mulai
kusadari, bahwa nona itu sudah pergi. Aku terperanjat berlari keluar dan terus
mencari. Kemana nona itu pergi? Dari setiap langkah kutuju tempat tempat yang
kukira ia berada, ku telusuri setiap sudut sudut berujung hampa. Namun, sayang.
Nona itu pergi entah kemana.
Stasiun itu mulai sepi, aku terduduk kembali. Dan
tentunya tetap sendiri. Dan dengan rasa lelah yang meliputi, menyucurkan peluh
ini, kulihat siluet sesorang yang kucari. Aku berlari menghampiri.
“nona,
tunggu.”. nona itu menoleh dan berkata,
“tuan?
apa itu kau?”.
“Ya
ini aku.”.
“ada
apa tuan? Maafkan sikapku ketika di kereta tadi.”.
“tak
usah kau pikirkan, nona. Tetapi, saya hanya ingin bertanya, setelah kita lama
berbincang saya belum tahu siapa nama nona?”. Nona itu tertawa kecil,
“karena
itukah tuan mencari saya kesana kemari? Menyusuri lorong lorong sepi hanya
untuk menemui saya yang hampa ini?”, Nona ini tersenyum manis lantas berkata,”orang
orang member saya nama Udara.” Lalu berjalan kecil.
Udara?
Aku ingin menghampiri namun tubuh ini terasa beban berat sekali. Teriakku
bertanya,
”nona,
dimanakah aku bisa bertemu lagi denganmu?”. Nona itu tetap berlalu dan berkata,
”rasakan
kehadiranku saat kau bernafas, yakinlah bahwa udara yang kau hirup adalah
separuh jiwaku. Maka sebenarnya aku ada disampingmu. Mengiringi setiap
langkahmu. Dan dengan kehendak-Nya, kita pasti dipertemukan kembali.”
Dengan hilangnya dia dari pandanganku,
tertutup kabut tebal dimalam hari. Aku menghirup udara, lalu masuk ke
diafragma, terjebak di paru paru, lalu melantunkan Tasbih putih demi keindahan
yang telah Sang Rabb ciptakan dan tunjukan. Kusujudkan diri dalam malam sepi,
semakin dalam. Dalam. Dalam sekali, sampai kuteteskan air mata ini.
Tasikmalaya,
21-11-2011
Azay
Vangogh Braham Lincoln
(terinspirasi
dari beberapa lagu popular yang belum bisa disebutkan karena lupa namanya dan
beberapa puisi kondang)